ARTIKEL
PROSPEK USAHA AYAM RAS PETELUR
BERDASARKAN DATA PRODUKSI DAN KONSUMSI
DI INDONESIA
Artikel ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ternak Unggas
Dosen Pengampu
: Ir. Anggraeni, M.Si

Disusun Oleh :
Anisa Oktaviani Kurnia
A.1510766
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
DJUANDA
BOGOR
2018
PROSPEK USAHA AYAM RAS PETELUR
BERDASARKAN DATA PRODUKSI DAN KONSUMSI
DI INDONESIA
Subsektor peternakan
mempunyai peran yang semakin strategis dalam memenuhi konsumsi akan protein hewani. Hal ini disebabkan oleh kesadaran
masyarakat terhadap gizi dan meningkatnya pendapatan, sehingga terjadi
perubahan pola konsumsi makanan secara bertahap ke arah peningkatan konsumsi
protein hewani. Oleh karena itu sudah
menjadi keharusan subsektor peternakan mendapat perhatian serius. Salah satu komoditas yang perlu mendapat perhatian adalah usaha
peternakan ayam ras petelur (Widaningsih, 2017).
Prospek usaha
peternakan ayam ras petelur di Indonesia dinilai sangat baik dilihat dari pasar
dalam negeri maupun luar negeri, namun kapasitas produksi peternakan ayam ras
petelur di Indonesia masih belum mencapai kapasitas produksi yang optimal
(Abidin dalam Multiningrum, 2003). Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan
pembibitan, pakan ternak, dan obat-obatan yang masih berproduksi di bawah
kapasitas terpasang. Artinya, prospek pengembangannya masih terbuka.
Populasi ayam ras selama lima tahun terakhir
(2013-2017) rata-rata naik sebesar
3,28% per tahun, dan lima tahun ke depan
diprediksikan akan naik rata-rata 5,54% per tahun.
Demikian pula ayam buras atau lebih popular disebut ayam kampung,
perkembangan populasi lima tahun terakhir juga meningkat rata-rata 2,69 per
tahun, dan lima tahun ke depan diprediksikan rata-rata meningkat 0,92% per
tahun. Seiring dengan meningkatnya
populasi ayam ras, maka diprediksi produksi telur ayam ras juga akan
meningkat, selama lima tahun ke depan
(2018-2021) diperkirakan akan
meningkat rata-rata 4,87% pertahun. Pada
tahun 2018 produksi telur ayam ras diprediksikan mencapai 1,58 juta ton
atau meningkat sebesar 3,21% dari tahun
sebelumnya, hingga tahun 2021 produksi telur ayam ras diprediksikan akan
mencapai 1,85 juta ton, naik 5,31% dari tahun sebelumnya (Widaningsih, 2017).
Perkembangan produksi telur ayam ras petelur sejak tahun 1990 – 2017
mengalami peningkatan walaupun cenderung berfluktuatif awalnya. Pertumbuhan
produksi telur ayam ras selama lima tahun terakhir cukup signifikan yaitu
sebesar 21,39%. Pertumbuhan di Jawa sebesar 22,71% dan di luar Jawa sebesar
20,24%. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Tahun 1990 – 2017
![]() |
Prediksi permintaan/ketersediaan telur ayam ras untuk konsumsi nasional pada tahun 2017-2021 akan meningkat rata-rata sebesar 4,18% per tahun. Sedangkan prediksi permintaan/ketersediaan telur ayam ras untuk konsumsi nasional pada tahun 2017-2021 akan meningkat lebih tinggi dibanding ayam ras yaitu rata-rata sebesar 10,84% per tahun. Perkembangan ketersediaan konsumsi telur dapat dilihat pada Gambar 2.
Tahun 1990 – 2017
Dilihat dari prediksi
permintaan telur baik ayam ras terus meningkat, menunjukkan bahwa pengembangan
ayam ras petelur memiliki prospek yang bagus. Hal
tersebut membuka peluang bagi siapa saja untuk membuka usaha di bidang
peternakan tersebut. Walau tingkat konsumsi masih rendah akan tetapi setiap
tahunnya diprediksi akan mengalami peningkatan.
Selain dijadikan untuk konsumsi secara langsung, telur juga digunakan
untuk bahan dasar atau bahan tambahan dari beberapa produk olahan yang diharuskan
memakai telur. Prospek usaha tersebut juga dapat lihat berdasarkan diatas,
bahwa tingkat konsumsi akan semakin meningkat setiap tahunnya.
Menurut Menteri Pertanian (Amran Sulaiman, 2018) mengklaim
Indonesia telah mencapai swasembada protein. Hal tersebut dikemukakan karena
adanya ekspor perdana produk daging ayam
olahan dan pakan ternak ke tiga negara yakni Jepang, Timor Leste dan Papua
Nugini pada tahun lalu. Namun, tantangan meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat terhadap daging ayam
dan telur ayam
masih jadi perhatian serius.
Pasalnya, tingkat konsumsi masyarakat Indonesia masih
rendah dan harus terus dioptimalkan oleh semua pihak.
Tingkat konsumsi di Indonesia masih dapat diusahakan, karena semakin
bertambahnya penduduk di Indonesia dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
dan pola makan yang sehat semakin meningkat. Maka, tidak menutup kemungkinan
bagi para mengusaha untuk menginvestasikan modal pada usaha ayam petelur
tersebut. Di Indonesia sendiri masih kekurangan pengusaha ayam petelur, padahal
prospek kedepan menjanjikan. Usaha tersebut dapat diketahui dari beberapa
perusahaan yang telah bergelut lama di bidang peternakan khususnya produksi
ayam petelur.
Berdasarkan penerimaan dan analisis finansial dari sebuah jurnal bahwa
usaha ayam petelur dapat menghasilkan keuntungan dari investasi yang
ditanamkan, semua itu dapat terlihat dari perhitungan suatu usaha. Seperti data
analisis yang diambil dari sebuah jurnal, terdapat pada Tabel 1.
![]() |
Tabel 1 Penerimaan Total Perusahaan Ayam Petelur UD. Balebat
Berdasarkan hasil dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan memiliki
penerimaan yang dapat menutupi total biaya yang dikeluarkan, sehingga
perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dari investasi yang ditanamkan dan
layak secara finansial untuk diusahakan. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa
dengan keuntungan yang tertera pada Tabel 2 bahwa pengembalian investasi
mencapai sekitar kurang dari 2 tahun.
Pembelajaran bagi para pengusaha atau calon pengusaha bahwa prospek
usaha ayam ras petelur memiliki peluang ke depannya. Hal tersebut juga dapat
dilihat dari contoh perusahaan yang dikemukakan diatas, bahwa keuntungan yang
didapat tidak kecil dan tidak terlalu besar namun prospek kedepan terjamin.
Sumber Pustaka :
[Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian].
2017. Outlook Telur (Komoditas Pertanian Subsektor Peternakan). Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Kementan.
Ulfa Z, Sarengat W, dan SI Santoso. 2014.
Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Petelur UD. Balebet di Desa Karang
Kobar Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. Animal
Agriculture Journal. Vol 3(3) : Hl 476-482.
Tribunpontianak.co.id. 2018. http://pontianak.tribunnews.com/2018/07/11/tingkat-konsumsi-daging-telur-ayam-masih-rendah-di-indonesia. Diakses pada 14 November 2018. Pukul 19.45
WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar