Analisis
Struktur dan Integrasi Pasar Teh Hijau Di Jawa Barat
(Suatu Kasus pada Petani Teh Rakyat dan
Industri Teh Hijau di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Tasikmalaya)
Rangkuman ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Rantai Pasok
Dosen Pengampu : Ir. H. Himmatul Miftah,
M.Si
Disusun Oleh :
Anisa
Oktaviani Kurnia
A.
1510766
PROGRAM STUDI
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
DJUANDA
BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Teh merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan
di seluruh dunia maupun di Indonesia. Teh
menjadi salah satu komoditas unggulan perkebunan yang menempati prioritas
utama di Jawa Barat. Hal ini cukup beralasan karena Jawa Barat merupakan penghasil teh terbesar
di Indonesia. Produksi teh dari provinsi ini memasok 60% dari total produksi nasional (BPS,
2013). Sebagian besar produksi Teh di Jawa Barat adalah dari perkebunan teh rakyat. Luas kebun
teh rakyat mencapai kurang lebih 48.000 hektar dari total lahan kebun teh di Jawa Barat. Sementara
kebun teh lain dimiliki swasta dan PT. Perkebunan Nusantara milik negara (Dinas Perkebunan
Provinsi Jabar, 2012). Namun, harga pucuk teh yang rendah kerap menimbulkan keengganan petani
untuk membudidayakan teh.
Hal ini disebabkan karena petani menjual teh hijau dalam bentuk pucuk dalam keadaan basah,
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa petani hanya mampu menjual teh hijau
dalam bentuk produk primer, belum melakukan pengolahan. Terbatasnya kemampuan petani dalam pengembangan produk olahan teh
hijau mengakibatkan petani hanya mendapatkan keuntungan yang kecil dari hasil
penjualan. Harga pada umumnya ditentukan oleh pihak perusahaan, sehingga petani
hanya bertindak sebagai pihak penerima harga. Hal ini mengakibatkan petani
menjadi pihak yang memiliki posisi tawar yang lemah.
Keterpurukan ini dapat dilihat
dari harga pucuk teh di tingkat petani masih rendah yaitu Rp. 6.000 sampai Rp.
8.000 per kilogram, sedangkan teh hijau yang diproduksi oleh industri hilir sudah
mencapai Rp. 10.000 sampai Rp. 70.000 per kilogram. Perbedaan harga yang besar antara
harga pucuk basah di tingkat petani dengan harga teh jadi ditingkat industri
hilir menjadi permasalahan tersendiri. Sedangkan menurut Conforti (2004),
integrasi pasar terjadi pada pasar yang menganut prinsip law of one price artinya
jika harga pada suatu pasar mengalami peningkatan maka pasar yang menjual
produk yang sama akan merespon perubahan harga tersebut mengikuti harga yang
terjadi di pasar.
Petani saat ini seringkali
ditempatkan pada bargaining position atau posisi tawar yang lemah,
sehingga harga yang terbentuk dirasakan tidak memberikan keuntungan yang
optimal. Selama ini, penetapan harga dilakukan pihak perusahaan, bukan oleh
petani. Keadaan ini
menjadikan teh memiliki struktur pasar tersendiri. Struktur pasar
yang melibatkan pembeli dan penjual akan mempengaruhi perilaku para pelaku
pemasaran dalam proses penemuan harga. Harga yang terjadi di tingkat industri
hilir cenderung tidak terintegrasikan dengan harga di tingkat petani, bahkan
cenderung terjadi adanya kesenjangan (gap) harga yang sangat berbeda.
Integrasi pasar merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh perubahan
harga yang terjadi di pasar acuan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
pasar pengikutnya (pasar di tingkat petani). Integrasi pasar dapat terjadi jika
terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat
dari satu pasar ke pasar lainnya.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis struktur dan integrasi pasar teh di tingkat petani sampai industri
hilir dengan menggunakan Index of Market Connection (IMC) Analysis.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode
survey yang merupakan suatu kasus di Jawa Barat. Pemilihan Kabupaten, Kecamatan
dan Desa dilakukan dengan Multy Stage Random Sampling berdasarkan
aksesibilitas dan sentra produksi teh perkebunan rakyat di Jawa Barat. Wilayah
yang dijadikan tempat penelitian adalah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung dan
Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Wilayah penelitian umumnya merupakan
wilayah berbukit-bukit dengan ketinggian tempat rata-rata berkisar 1.200 mdpl
(meter di atas permukaan laut) dengan suhu rata– rata harian 280C.
Kondisi tempat penelitian
memiliki drainase baik dengan tekstur tanah lempungan dan tanah berwarna
merah dan tingkat kemiringan tanah rata-rata 40 derajat. Kecamatan Ciwidey
memiliki batas wilayah yang strategis karena berada pada jalur yang dekat
dengan ibukota Kabupaten Bandung dan pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat,
sehingga dapat membentuk aksesibilitas yang baik. Jarak lokasi budidaya teh
hijau dengan pusat kota menjadi faktor penentu yang mempengaruhi kualitas
produk, kelancaran dalam distribusi, dan perolehan informasi mengenai pasar.
Sedangkan Kecamatan Taraju merupakan wilayah yang aksesibilitasnya rendah, karena
jauh dari ibukota Kabupaten Tasikmalaya dan jauh dari pusat Pemerintahan
Propinsi Jawa Barat. Secara umum, sebagian besar lahan di kedua wilayah penelitian
banyak digunakan untuk areal pertanian, salah satu tanaman yang banyak ditanam
adalah teh yang diolah menjadi teh hijau.
Populasi dalam penelitian ini
adalah sebanyak 54 orang petani. Dasar penentuan jumlah sampel dilakukan dengan
menggunakan rumus Slovin (Handoyo dan Kurniawan, 2013), yaitu sebagai berikut:
N. e + 1
Dimana
:
n = Jumlah sampel
N = Ukuran populasi
e = Batas kekeliruan (bound of error) yang dikehendaki
tidak lebih dari 10%
Perhitungan:
[54(0,10) ] + 1
1,54
= 35,1 ≈ 35
Jadi, jumlah sampel petani
yang dijadikan responden adalah 35 orang. Selain petani, perusahaan teh hijau
yang dijadikan responden adalah perusahaan Kartini dan perusahaan teh hijau swasta
Taraju.
Disain penelitian
menggunakan Descriptive Quantitative Design. Instrumen yang digunakan untuk
menganalisis struktur pasar digunakan Index Market Structure Analysis (IMS
Analysis). Sedangkan instrumen yang digunakan untuk menganalisis integrasi
pasar adalah Index of Market Connection Analysis (IMC analysis) dengan pendekatan model Autoregressive Distribution Lag, yang dikembangkan oleh
Ravallion (1986) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Heytens (1986). Data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil di lapangan yang merupakan harga bulanan komoditas
teh hijau dan harga bulanan teh dandang dari bulan Januari 2008 sampai bulan April 2013 dengan
menggunakan SPSS versi 19. Selanjutnya data tersebut dimasukan kedalam model
ekonometrika autoregresif distributed lag diduga dengan metode kuadrat
terkecil atau Ordinary Least Squares (OLS) yang formulasinya sebagai
berikut:
Pit = b1 Pit-1 +b2 (Pjt –
Pjt-1) + b3 Pjt-1 + et …………………..…….. (1)
Where Pit = Harga di pasar
produsen (petani) waktu t (Rp/Kg); Pit -1= Harga di tingkat pasar produsen
(petani) pada waktu t-1 (Rp/Kg); Pjt = Harga di tingkat industri hilir
ke-j pada waktu t (Rp/Kg); Pjt-1 = Harga di tingkat industri hilir
ke-j pada waktu t-1 (Rp/Kg); bi = Parameter estimasi (bi=
1,2,3); et = error (galat). Secara matematik, indeks integrasi pasar
atau index of market connection (IMC) dapat dibangun sebagai
berikut:
IMC = …………………(2)
Kedua tingkat pasar
terintegrasi secara sempurna jika IMC = 0 , jika IMC > 1 berarti tidak
terjadi integrasi pasar jangka pendek dan jika IMC = ∞ berarti pasar mengalami
segmentasi. Pengujian hipotesis integrasi pasar dalam penelitian ini adalah :
1. Integrasi Jangka Panjang
H0 : b2 = 1
H1 : b2 ≠ 1
Pengujian dengan t hitungnya
adalah :
t hitung = ( )
Jika thitung < ttabel, maka
hipotesis nol diterima secara statistik. Artinya, kedua pasar terintegrasi
sempurna dalam jangka panjang. Sedangkan jika thitung > ttabel, maka
hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima secara statistik.
Artinya kedua pasar tidak terintegrasi secara sempurna dalam jangka panjang
atau informasi pada satu pasar tidak langsung diteruskan ke pasar lainnya.
2. Integrasi Jangka Pendek
H0: b1/ b3 = 0
H1 : b1/ b3 ≠ 0
Hipotesis b1/ b3 = 0 setara
dengan b1 = 0 sehingga hipotesis di atas dapat dituliskan sebagai berikut :
H0 : b1 = 0
H1 : b1 ≠ 0
Pengujian dengan t hitungnya adalah :
t hitung = ( )
Jika thitung < ttabel,
terima H0, artinya kedua pasar terintegrasi kuat dalam jangka pendek (variabel
harga di tingkat Perusahaan Teh bulan ini dan bulan lalu berpengaruh kuat pada pembentukan
harga di tingkat petani bulan ini). Apabila thitung > ttabel, H0 tidak bisa
diterima, maka artinya kedua pasar tidak dalam jangka pendek (variabel harga di
tingkat Perusahaan Teh bulan ini dan bulan lalu tidak berpengaruh kuat pada
pembentukan harga di tingkat petani bulan ini).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem pemasaran pada
perkebunan teh rakyat masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya perbedaan
harga yang diterima oleh petani sebagai akibat kurang adanya transparansi harga
dari pihak Perusahaan Teh kepada pihak petani. Sistem penjualan yang dilakukan
petani teh rakyat adalah menjual hasil pemetikan pucuk teh 100% ke ketua
gapoktan. Selanjutnya, pihak Gapoktan akan menjualnya ke pabrik pengolahan
milik Perusahaan Teh untuk diolah menjadi teh hijau. Setelah menjadi teh hijau,
teh tersebut dibawa ke Pekalongan dan akan diolah menjadi teh wangi.
Hasil penelitian menjelaskan,
berdasarkan IMS Analysis, bahwa struktur pasar yang terjadi adalah
monopsoni. Dalam struktur pasar tersebut kegiatan perdagangan dilakukan oleh
satu pembeli dan banyak penjual, artinya hampir semua petani (90%) menjual
pucuk tehnya hanya kepada satu perusahaan industri hilir sebagai pembeli
tunggal. Selanjutnya untuk integrasi pasar, menurut hasil penelitian di
lapangan, bahwa 1 kg pucuk teh dari petani dapat menghasilkan 0,2 kg teh hijau.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 19, didapat hasil seperti
di Tabel 1.
Tabel 1. Perhitungan Index of Market Connection (IMC)
Variabel
|
Konstanta
|
(pit-1)/b1
|
(Pjt- Pjt-1)/b2
|
(Pjt-1)/b3
|
IMC
|
Koefisien
|
41,221
|
0,912
|
0,003
|
0,005
|
182,4
|
t-hitung
|
1,198
|
12,883
|
0,302
|
1,138
|
|
Se
|
50,189
|
0,071
|
0,009
|
0,005
|
Berdasarkan Tabel 1, didapat
nilai b1, b2, dan b3. Variabel b1 merupakan harga petani pada bulan sebelumnya,
variabel b2 merupakan selisih harga di Perusahaan Teh bulan ini dengan bulan sebelumnya,
dan variabel b3 merupakan harga di Perusahaan Teh pada bulan sebelumnya, maka hasil
analisis integrasi pasar teh hijau menunjukkan hasil persamaan regresi sebagai
berikut:
Pit = 41,221 + 0,912 Pit-1 +
0,003 (Pjt– Pjt-1) + 0,005 Pjt-1
Untuk integrasi pasar jangka
panjang, berdasarkan dari hasil
perhitungan statistik menunjukkan bahwa ttabel (2,000) > dari thitung
(0,302) sehingga H0 diterima dengan hipotesis b2=1. Hal ini berarti terjadi
integrasi jangka panjang di tingkat Perusahaan Teh sampai di tingkat Petani atau
dengan kata lain bahwa perubahan harga teh hijau di Perusahaan Teh diteruskan
ke di tingkat petani. Selanjutnya, menurut kriteria b2 dimana apabila variabel
b2 = 1, maka integrasi pasar jangka panjang sempurna. Apabila b2 < 1, maka
pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna. Sesuai dengan kriteria tersebut,
dapat diketahui bahwa terjadi integrasi jangka panjang di tingkat Perusahaan
Teh sampai di tingkat Petani. Meskipun demikian, kedua pasar berada dalam
kondisi tidak bersaing sempurna karena perubahan harga di tingkat Perusahaan
Teh diteruskan sangat kecil ke tingkat petani yaitu sebesar 0,003.
Hal ini dapat diartikan bahwa
setiap kenaikan Rp 1000 di Perusahaan Teh, maka harga di tingkat petani akan
meningkat sebesar 3%. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Wyeth (1992) yang
menyatakan bahwa pasar yang bersaing sempurna mungkin saja terintegrasi, tetapi
pasar yang terintegrasi mungkin saja tidak bersaing sempurna. Untuk integrasi pasar jangka pendek, berdasarkan dari hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa thitung (12,883)
> ttabel(2,000) sehingga H0 ditolak dengan hipotesis b1 ≠ 0. Hal ini berarti
bahwa tidak terjadi integrasi pasar jangka pendek di tingkat Perusahaan Teh
sampai di
tingkat Petani. Hal ini juga didukung oleh perhitungan IMC. Berdasarkan
perhitungan diatas bahwa nilai b1 > b3 dimana nilai b1 adalah 0,912 dan
nilai b3 adalah 0,005 maka didapat nilai IMC sebesar 182,4. Selanjutnya menurut
kriteria IMC, apabila IMC = 0, maka integrasi jangka pendek sempurna. Apabila
IMC < 1, maka integrasi jangka pendek masih cukup kuat. Apabila IMC > 1 menunjukkan
tidak terdapat hubungan integrasi jangka pendek.
Sesuai dengan kriteria
tersebut, dapat diketahui bahwa nilai IMC > 1 dan dapat dikatakan tidak terdapat
hubungan integrasi jangka pendek di tingkat Perusahaan Teh sampai dengan di
tingkat petani yang berarti variabel harga di tingkat Perusahaan Teh bulan ini
dan bulan lalu tidak berpengaruh pada pembentukan harga di tingkat petani bulan
ini. Hal ini wajar saja terjadi mengingat secara jangka panjang saja perubahan
harga yang diteruskan sangat kecil dan belum bersaing sempurna. Secara singkat
output hasil perhitungan integrasi pasar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Integrasi Pasar di Tingkat Produsen
Industri Hilir sampai dengan
di Tingkat Petani
Variabel
|
Definisi
|
Koefisien
|
T
|
Probability
|
VIF
|
Constant
|
Konstanta
|
41,221
|
1,198
|
0,000
|
-
|
pit-1 /(b1)
|
Harga petani pada bulan
sebelumnya
|
0,912
|
12,883
|
0,000
|
9
|
(Pjt- Pjt-1) /(b2)
|
Selisih harga di Perusahaan Teh bulan ini dengan bulan
sebelumnya
|
0,003
|
0,302
|
0,000
|
1
|
(Pjt-1)/(b3)
|
Harga di Perusahaan Teh
pada bulan sebelumnya
|
0,005
|
1,138
|
0,000
|
9
|
F = 593,149
|
|||||
R-Square = 0,967
|
|||||
Adjusted R-Square = 0,966
|
|||||
Durbin Watson = 2,021
|
Berdasarkan Tabel 2, diperoleh
angka R2 sebesar 0,967 atau (96,7%). Hal ini menunjukkanbahwa presentase
sumbangan pengaruh variabel independen (b1, b2, dan b3) terhadap variabel dependen
(Pit) sebesar 96,7%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam
model (b1, b2, dan b3) mampu menjelaskan sebesar 96,7% variasi variabel
dependen (Pit). Harga yang terbentuk di lokasi penelitian terjadi karena
interkasi antara petani dengan Perusahaan Teh dan secara rata – rata harga
pucuk teh petani dan harga teh hijau berupa teh dandang di Perusahaan Teh dari
tahun 2008-2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Harga Rata – Rata Pucuk Teh di Tingkat Petani dan Teh
Dandang di
Perusahaan Teh Kartini Tahun 2008-2013
Tahun
|
Harga Petani (Rp)
|
Harga Teh Dandang (Rp)
|
2008
|
988
|
11.600
|
2009
|
1.008
|
12.600
|
2010
|
1.208
|
13.400
|
2011
|
1.567
|
18.400
|
2012
|
1.800
|
25.000
|
2013
|
1.840
|
25.000
|
Berdasarkan Tabel 3, harga di
tingkat petani terlihat meningkat setiap tahunnya, tetapi apabila dikaitkan
dengan nilai mata uang rupiah maka harga di tingkat petani cenderung tetap. Selama
40 tahun terakhir, rupiah mengalami penurunan nilai rata-rata 8% pertahun
(Handoyo dan Kurniawan, 2013). Hal ini berarti bahwa harga di tingkat petani
naik tetapi nilainya sama atau dapat dikatakan tidak ada peningkatan harga di
petani. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, terdapat disebabkan petani
belum memiliki pengetahuan mengenai pemetikan pucuk teh yang baik.
Penurunan mutu secara timbal
balik juga mengakibatkan penurunan harga jual. Keadaan mutu pucuk teh petani
yang tidak konsisten menjadi salah satu penyebab perolehan harga teh di tingkat
petani cenderung rendah. Standar petik teh ideal yang ditetapkan oleh perusahaan
adalah dua daun pucuk (2p+1) dan maksimal pucuk yang diterima adalah empat daun
pucuk (4p+1). Untuk mendapatkan berat yang lebih, pemetik rata-rata mengambil
lebih dari tiga pucuk. Padahal apabila petani menjual pucuk teh dengan kualitas
ideal yang diinginkan Perusahaan Teh, maka kecil kemungkinan perusahaan mematok
harga rendah.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menjelaskan,
bahwa struktur pasar yang terjadi adalah monopsoni. Dalam struktur pasar
tersebut kegiatan perdagangan dilakukan oleh satu pembeli dan banyak penjual, artinya
hampir semua petani (90%) menjual pucuk tehnya hanya kepada satu perusahaan
industri hilir sebagai pembeli tunggal.
Selanjutnya, kondisi pasar
antara petani dengan industri hilir belum terintegrasi secara sempurna.
Walaupun untuk jangka panjang terjadi integrasi pasar, namun integrasi tersebut
belum terlaksana secara sempurna. Sedangkan untuk jangka pendek, tidak terjadi
integrasi pasar. Belum terintegrasinya pasar teh antara petani dan industri
hilir, disebabkan belum optimalnya peran industri hilir sebagai mitra petani
yang turut membantu dalam pemasaran teh, sehingga persepsi lembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran teh masih berbeda-beda, dan menghambat
proses price discovery sehingga outcomenya tidak sesuai dengan
harapan.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Statistik Teh. BPS. Jakarta
Conforti P. 2004. Price Transmission in Selected Agriculture
Markets. FAO Commodity and
Trade Policy Research Working
Paper No. 7. Roma : FAO Information
Division.
Handoyo dan Kurniawan. 2013. “Lahan Terbatas, Produksi Teh Tahun
Ini Stagnan”. Kontan
Online. Melalui<http://www.kontan.co.id> [20/03/13].
Heytens, PJ. 1986. Testing Marketing Integration. Food
Research Institute Studies. Stanford
University.
Ravallion, M. 1986. Testing Marketing Integration. Journal
of Agricultural Economics.
American Agricultural
Economics.
Sub Bagian Perencanaan Program. 2013. Laporan Statistik Luas,
Produksi, dan Produktivitas
Perkebunan. Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Barat.
Wyeth, J. 1992. The Measurement of Market Integration and
Application to Food Security
Policies, Discussion Paper 314. Institute of Development Studies, University of Sussex,
Brighton.
Sumber
penelitian Oleh : Dini Rochdiani
Saya Suryanto dari Indonesia di Kota Palu, saya mencurahkan waktu saya di sini karena janji yang saya berikan kepada LADY ESTHER PATRICK yang kebetulan adalah Tuhan yang mengirim pemberi pinjaman online dan saya berdoa kepada TUHAN untuk dapat melihat posisi saya hari ini.
BalasHapusBeberapa bulan yang lalu saya melihat komentar yang diposting oleh seorang wanita bernama Nurul Yudianto dan bagaimana dia telah scammed meminta pinjaman online, menurut dia sebelum ALLAH mengarahkannya ke tangan Mrs. ESTHER PATRICK. (ESTHERPATRICK83@GMAIL.COM)
Saya memutuskan untuk menghubungi NURUL YUDIANTO untuk memastikan apakah itu benar dan untuk membimbing saya tentang cara mendapatkan pinjaman dari LADY ESTHER PATRICK, dia mengatakan kepada saya untuk menghubungi Lady. Saya bersikeras bahwa dia harus memberi tahu saya proses dan kriteria yang dia katakan sangat mudah. dari Mrs. ESTHER, yang perlu saya lakukan adalah menghubunginya, mengisi formulir untuk mengirim pengembalian, mengirim saya scan kartu identitas saya, kemudian mendaftar dengan perusahaan setelah itu saya akan mendapatkan pinjaman saya. . Lalu saya bertanya kepadanya bagaimana Anda mendapatkan pinjaman Anda? Dia menjawab bahwa hanya itu yang dia lakukan, yang sangat mengejutkan.
Saya menghubungi Mrs ESTHER PATRICK dan saya mengikuti instruksi dengan hati-hati untuk saya, saya memenuhi persyaratan mereka dan pinjaman saya disetujui dengan sukses tetapi sebelum pinjaman dipindahkan ke akun saya, saya diminta membuat janji untuk membagikan kabar baik tentang Mrs. ESTHER PATRICK dan itulah mengapa Anda melihat posting ini hari ini untuk kejutan terbesar saya, saya menerima peringatan Rp350.000.000. jadi saya menyarankan semua orang yang mencari sumber tepercaya untuk mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. ESTHER PATRICK melalui email: (estherpatrick83@gmail.com) untuk mendapatkan pinjaman yang dijamin, Anda juga dapat menghubungi saya di Email saya: (suryantosuryanto524@gmail.com)