Jumat, 09 November 2018

ANALISIS STRUKTUR DAN INTEGRASI PASAR TEH HIJAU


Analisis Struktur dan Integrasi Pasar Teh Hijau Di Jawa Barat
(Suatu Kasus pada Petani Teh Rakyat dan Industri Teh Hijau di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Tasikmalaya)

Rangkuman ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Rantai Pasok
Dosen Pengampu : Ir. H. Himmatul Miftah, M.Si
                                                                                                                              







                                    



Disusun Oleh :
Anisa Oktaviani Kurnia
A.     1510766






PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
 2018
PENDAHULUAN
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan di seluruh dunia maupun di Indonesia. Teh menjadi salah satu komoditas unggulan perkebunan yang menempati prioritas utama di Jawa Barat. Hal ini cukup beralasan karena Jawa Barat merupakan penghasil teh terbesar di Indonesia. Produksi teh dari provinsi ini memasok 60% dari total produksi nasional (BPS, 2013). Sebagian besar produksi Teh di Jawa Barat adalah dari perkebunan teh rakyat. Luas kebun teh rakyat mencapai kurang lebih 48.000 hektar dari total lahan kebun teh di Jawa Barat. Sementara kebun teh lain dimiliki swasta dan PT. Perkebunan Nusantara milik negara (Dinas Perkebunan Provinsi Jabar, 2012). Namun, harga pucuk teh yang rendah kerap menimbulkan keengganan petani untuk membudidayakan teh.
Hal ini disebabkan karena petani menjual teh hijau dalam bentuk pucuk dalam keadaan basah, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa petani hanya mampu menjual teh hijau dalam bentuk produk primer, belum melakukan pengolahan. Terbatasnya kemampuan petani dalam pengembangan produk olahan teh hijau mengakibatkan petani hanya mendapatkan keuntungan yang kecil dari hasil penjualan. Harga pada umumnya ditentukan oleh pihak perusahaan, sehingga petani hanya bertindak sebagai pihak penerima harga. Hal ini mengakibatkan petani menjadi pihak yang memiliki posisi tawar yang lemah.
Keterpurukan ini dapat dilihat dari harga pucuk teh di tingkat petani masih rendah yaitu Rp. 6.000 sampai Rp. 8.000 per kilogram, sedangkan teh hijau yang diproduksi oleh industri hilir sudah mencapai Rp. 10.000 sampai Rp. 70.000 per kilogram. Perbedaan harga yang besar antara harga pucuk basah di tingkat petani dengan harga teh jadi ditingkat industri hilir menjadi permasalahan tersendiri. Sedangkan menurut Conforti (2004), integrasi pasar terjadi pada pasar yang menganut prinsip law of one price artinya jika harga pada suatu pasar mengalami peningkatan maka pasar yang menjual produk yang sama akan merespon perubahan harga tersebut mengikuti harga yang terjadi di pasar.
Petani saat ini seringkali ditempatkan pada bargaining position atau posisi tawar yang lemah, sehingga harga yang terbentuk dirasakan tidak memberikan keuntungan yang optimal. Selama ini, penetapan harga dilakukan pihak perusahaan, bukan oleh petani. Keadaan ini
menjadikan teh memiliki struktur pasar tersendiri. Struktur pasar yang melibatkan pembeli dan penjual akan mempengaruhi perilaku para pelaku pemasaran dalam proses penemuan harga. Harga yang terjadi di tingkat industri hilir cenderung tidak terintegrasikan dengan harga di tingkat petani, bahkan cenderung terjadi adanya kesenjangan (gap) harga yang sangat berbeda. Integrasi pasar merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di pasar acuan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada pasar pengikutnya (pasar di tingkat petani). Integrasi pasar dapat terjadi jika terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lainnya.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur dan integrasi pasar teh di tingkat petani sampai industri hilir dengan menggunakan Index of Market Connection (IMC) Analysis.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode survey yang merupakan suatu kasus di Jawa Barat. Pemilihan Kabupaten, Kecamatan dan Desa dilakukan dengan Multy Stage Random Sampling berdasarkan aksesibilitas dan sentra produksi teh perkebunan rakyat di Jawa Barat. Wilayah yang dijadikan tempat penelitian adalah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung dan Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya. Wilayah penelitian umumnya merupakan wilayah berbukit-bukit dengan ketinggian tempat rata-rata berkisar 1.200 mdpl (meter di atas permukaan laut) dengan suhu rata– rata harian 280C.
Kondisi tempat penelitian memiliki drainase baik dengan tekstur tanah lempungan dan tanah berwarna merah dan tingkat kemiringan tanah rata-rata 40 derajat. Kecamatan Ciwidey memiliki batas wilayah yang strategis karena berada pada jalur yang dekat dengan ibukota Kabupaten Bandung dan pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat, sehingga dapat membentuk aksesibilitas yang baik. Jarak lokasi budidaya teh hijau dengan pusat kota menjadi faktor penentu yang mempengaruhi kualitas produk, kelancaran dalam distribusi, dan perolehan informasi mengenai pasar. Sedangkan Kecamatan Taraju merupakan wilayah yang aksesibilitasnya rendah, karena jauh dari ibukota Kabupaten Tasikmalaya dan jauh dari pusat Pemerintahan Propinsi Jawa Barat. Secara umum, sebagian besar lahan di kedua wilayah penelitian banyak digunakan untuk areal pertanian, salah satu tanaman yang banyak ditanam adalah teh yang diolah menjadi teh hijau.
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 54 orang petani. Dasar penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Handoyo dan Kurniawan, 2013), yaitu sebagai berikut:

n =       N
      N. e + 1
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Ukuran populasi
e = Batas kekeliruan (bound of error) yang dikehendaki tidak lebih dari 10%

Perhitungan:
n =          54
      [54(0,10) ] + 1
n =          54
1,54
   = 35,1 ≈ 35

Jadi, jumlah sampel petani yang dijadikan responden adalah 35 orang. Selain petani, perusahaan teh hijau yang dijadikan responden adalah perusahaan Kartini dan perusahaan teh hijau swasta Taraju.
Disain penelitian menggunakan Descriptive Quantitative Design. Instrumen yang digunakan untuk menganalisis struktur pasar digunakan Index Market Structure Analysis (IMS Analysis). Sedangkan instrumen yang digunakan untuk menganalisis integrasi pasar adalah Index of Market Connection Analysis (IMC analysis) dengan pendekatan model Autoregressive Distribution Lag, yang dikembangkan oleh Ravallion (1986) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Heytens (1986). Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil di lapangan yang merupakan harga bulanan komoditas teh hijau dan harga bulanan teh dandang dari bulan Januari 2008 sampai bulan April 2013 dengan menggunakan SPSS versi 19. Selanjutnya data tersebut dimasukan kedalam model ekonometrika autoregresif distributed lag diduga dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Squares (OLS) yang formulasinya sebagai berikut:
Pit = b1 Pit-1 +b2 (Pjt – Pjt-1) + b3 Pjt-1 + et …………………..…….. (1)
Where Pit = Harga di pasar produsen (petani) waktu t (Rp/Kg); Pit -1= Harga di tingkat pasar produsen (petani) pada waktu t-1 (Rp/Kg); Pjt = Harga di tingkat industri hilir ke-j pada waktu t (Rp/Kg); Pjt-1 = Harga di tingkat industri hilir ke-j pada waktu t-1 (Rp/Kg); bi = Parameter estimasi (bi= 1,2,3); et = error (galat). Secara matematik, indeks integrasi pasar atau index of market connection (IMC) dapat dibangun sebagai berikut:
IMC = …………………(2)
Kedua tingkat pasar terintegrasi secara sempurna jika IMC = 0 , jika IMC > 1 berarti tidak terjadi integrasi pasar jangka pendek dan jika IMC = ∞ berarti pasar mengalami segmentasi. Pengujian hipotesis integrasi pasar dalam penelitian ini adalah :
1.      Integrasi Jangka Panjang
H0 : b2 = 1
H1 : b2 ≠ 1
Pengujian dengan t hitungnya adalah :
t hitung = ( )
Jika thitung < ttabel, maka hipotesis nol diterima secara statistik. Artinya, kedua pasar terintegrasi sempurna dalam jangka panjang. Sedangkan jika thitung > ttabel, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima secara statistik. Artinya kedua pasar tidak terintegrasi secara sempurna dalam jangka panjang atau informasi pada satu pasar tidak langsung diteruskan ke pasar lainnya.
2.      Integrasi Jangka Pendek
H0: b1/ b3 = 0
H1 : b1/ b3 ≠ 0
Hipotesis b1/ b3 = 0 setara dengan b1 = 0 sehingga hipotesis di atas dapat dituliskan sebagai berikut :
H0 : b1 = 0
H1 : b1 ≠ 0
Pengujian dengan t hitungnya adalah :
t hitung = ( )
Jika thitung < ttabel, terima H0, artinya kedua pasar terintegrasi kuat dalam jangka pendek (variabel harga di tingkat Perusahaan Teh bulan ini dan bulan lalu berpengaruh kuat pada pembentukan harga di tingkat petani bulan ini). Apabila thitung > ttabel, H0 tidak bisa diterima, maka artinya kedua pasar tidak dalam jangka pendek (variabel harga di tingkat Perusahaan Teh bulan ini dan bulan lalu tidak berpengaruh kuat pada pembentukan harga di tingkat petani bulan ini).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem pemasaran pada perkebunan teh rakyat masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya perbedaan harga yang diterima oleh petani sebagai akibat kurang adanya transparansi harga dari pihak Perusahaan Teh kepada pihak petani. Sistem penjualan yang dilakukan petani teh rakyat adalah menjual hasil pemetikan pucuk teh 100% ke ketua gapoktan. Selanjutnya, pihak Gapoktan akan menjualnya ke pabrik pengolahan milik Perusahaan Teh untuk diolah menjadi teh hijau. Setelah menjadi teh hijau, teh tersebut dibawa ke Pekalongan dan akan diolah menjadi teh wangi.
Hasil penelitian menjelaskan, berdasarkan IMS Analysis, bahwa struktur pasar yang terjadi adalah monopsoni. Dalam struktur pasar tersebut kegiatan perdagangan dilakukan oleh satu pembeli dan banyak penjual, artinya hampir semua petani (90%) menjual pucuk tehnya hanya kepada satu perusahaan industri hilir sebagai pembeli tunggal. Selanjutnya untuk integrasi pasar, menurut hasil penelitian di lapangan, bahwa 1 kg pucuk teh dari petani dapat menghasilkan 0,2 kg teh hijau. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 19, didapat hasil seperti di Tabel 1.
Tabel 1. Perhitungan Index of Market Connection (IMC)
Variabel
Konstanta
(pit-1)/b1
(Pjt- Pjt-1)/b2
(Pjt-1)/b3
IMC

Koefisien
41,221
0,912
0,003
0,005
182,4
t-hitung
1,198
12,883
0,302
1,138
Se
50,189
0,071
0,009
0,005

Berdasarkan Tabel 1, didapat nilai b1, b2, dan b3. Variabel b1 merupakan harga petani pada bulan sebelumnya, variabel b2 merupakan selisih harga di Perusahaan Teh bulan ini dengan bulan sebelumnya, dan variabel b3 merupakan harga di Perusahaan Teh pada bulan sebelumnya, maka hasil analisis integrasi pasar teh hijau menunjukkan hasil persamaan regresi sebagai berikut:
Pit = 41,221 + 0,912 Pit-1 + 0,003 (Pjt– Pjt-1) + 0,005 Pjt-1
Untuk integrasi pasar jangka panjang, berdasarkan dari hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa ttabel (2,000) > dari thitung (0,302) sehingga H0 diterima dengan hipotesis b2=1. Hal ini berarti terjadi integrasi jangka panjang di tingkat Perusahaan Teh sampai di tingkat Petani atau dengan kata lain bahwa perubahan harga teh hijau di Perusahaan Teh diteruskan ke di tingkat petani. Selanjutnya, menurut kriteria b2 dimana apabila variabel b2 = 1, maka integrasi pasar jangka panjang sempurna. Apabila b2 < 1, maka pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna. Sesuai dengan kriteria tersebut, dapat diketahui bahwa terjadi integrasi jangka panjang di tingkat Perusahaan Teh sampai di tingkat Petani. Meskipun demikian, kedua pasar berada dalam kondisi tidak bersaing sempurna karena perubahan harga di tingkat Perusahaan Teh diteruskan sangat kecil ke tingkat petani yaitu sebesar 0,003.
Hal ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan Rp 1000 di Perusahaan Teh, maka harga di tingkat petani akan meningkat sebesar 3%. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Wyeth (1992) yang menyatakan bahwa pasar yang bersaing sempurna mungkin saja terintegrasi, tetapi pasar yang terintegrasi mungkin saja tidak bersaing sempurna. Untuk integrasi pasar jangka pendek, berdasarkan dari hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa thitung (12,883) > ttabel(2,000) sehingga H0 ditolak dengan hipotesis b1 ≠ 0. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi integrasi pasar jangka pendek di tingkat Perusahaan Teh sampai di
tingkat Petani. Hal ini juga didukung oleh perhitungan IMC. Berdasarkan perhitungan diatas bahwa nilai b1 > b3 dimana nilai b1 adalah 0,912 dan nilai b3 adalah 0,005 maka didapat nilai IMC sebesar 182,4. Selanjutnya menurut kriteria IMC, apabila IMC = 0, maka integrasi jangka pendek sempurna. Apabila IMC < 1, maka integrasi jangka pendek masih cukup kuat. Apabila IMC > 1 menunjukkan tidak terdapat hubungan integrasi jangka pendek.
Sesuai dengan kriteria tersebut, dapat diketahui bahwa nilai IMC > 1 dan dapat dikatakan tidak terdapat hubungan integrasi jangka pendek di tingkat Perusahaan Teh sampai dengan di tingkat petani yang berarti variabel harga di tingkat Perusahaan Teh bulan ini dan bulan lalu tidak berpengaruh pada pembentukan harga di tingkat petani bulan ini. Hal ini wajar saja terjadi mengingat secara jangka panjang saja perubahan harga yang diteruskan sangat kecil dan belum bersaing sempurna. Secara singkat output hasil perhitungan integrasi pasar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Integrasi Pasar di Tingkat Produsen Industri Hilir sampai dengan
di Tingkat Petani
Variabel
Definisi
Koefisien
T
Probability
VIF
Constant
Konstanta
41,221
1,198
0,000
-
pit-1 /(b1)
Harga petani pada bulan
sebelumnya
0,912
12,883
0,000
9

(Pjt- Pjt-1) /(b2)
Selisih harga di Perusahaan Teh bulan ini dengan bulan sebelumnya
0,003
0,302
0,000
1

(Pjt-1)/(b3)
Harga di Perusahaan Teh
pada bulan sebelumnya
0,005
1,138
0,000
9

F  = 593,149
R-Square = 0,967
Adjusted R-Square = 0,966
Durbin Watson = 2,021

Berdasarkan Tabel 2, diperoleh angka R2 sebesar 0,967 atau (96,7%). Hal ini menunjukkanbahwa presentase sumbangan pengaruh variabel independen (b1, b2, dan b3) terhadap variabel dependen (Pit) sebesar 96,7%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (b1, b2, dan b3) mampu menjelaskan sebesar 96,7% variasi variabel dependen (Pit). Harga yang terbentuk di lokasi penelitian terjadi karena interkasi antara petani dengan Perusahaan Teh dan secara rata – rata harga pucuk teh petani dan harga teh hijau berupa teh dandang di Perusahaan Teh dari tahun 2008-2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Harga Rata – Rata Pucuk Teh di Tingkat Petani dan Teh Dandang di
Perusahaan Teh Kartini Tahun 2008-2013
Tahun
Harga Petani (Rp)
Harga Teh Dandang (Rp)
2008
988
11.600
2009
1.008
12.600
2010
1.208
13.400
2011
1.567
18.400
2012
1.800
25.000
2013
1.840
25.000

Berdasarkan Tabel 3, harga di tingkat petani terlihat meningkat setiap tahunnya, tetapi apabila dikaitkan dengan nilai mata uang rupiah maka harga di tingkat petani cenderung tetap. Selama 40 tahun terakhir, rupiah mengalami penurunan nilai rata-rata 8% pertahun (Handoyo dan Kurniawan, 2013). Hal ini berarti bahwa harga di tingkat petani naik tetapi nilainya sama atau dapat dikatakan tidak ada peningkatan harga di petani. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, terdapat disebabkan petani belum memiliki pengetahuan mengenai pemetikan pucuk teh yang baik.
Penurunan mutu secara timbal balik juga mengakibatkan penurunan harga jual. Keadaan mutu pucuk teh petani yang tidak konsisten menjadi salah satu penyebab perolehan harga teh di tingkat petani cenderung rendah. Standar petik teh ideal yang ditetapkan oleh perusahaan adalah dua daun pucuk (2p+1) dan maksimal pucuk yang diterima adalah empat daun pucuk (4p+1). Untuk mendapatkan berat yang lebih, pemetik rata-rata mengambil lebih dari tiga pucuk. Padahal apabila petani menjual pucuk teh dengan kualitas ideal yang diinginkan Perusahaan Teh, maka kecil kemungkinan perusahaan mematok harga rendah.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menjelaskan, bahwa struktur pasar yang terjadi adalah monopsoni. Dalam struktur pasar tersebut kegiatan perdagangan dilakukan oleh satu pembeli dan banyak penjual, artinya hampir semua petani (90%) menjual pucuk tehnya hanya kepada satu perusahaan industri hilir sebagai pembeli tunggal.
Selanjutnya, kondisi pasar antara petani dengan industri hilir belum terintegrasi secara sempurna. Walaupun untuk jangka panjang terjadi integrasi pasar, namun integrasi tersebut belum terlaksana secara sempurna. Sedangkan untuk jangka pendek, tidak terjadi integrasi pasar. Belum terintegrasinya pasar teh antara petani dan industri hilir, disebabkan belum optimalnya peran industri hilir sebagai mitra petani yang turut membantu dalam pemasaran teh, sehingga persepsi lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran teh masih berbeda-beda, dan menghambat proses price discovery sehingga outcomenya tidak sesuai dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Statistik Teh. BPS. Jakarta
Conforti P. 2004. Price Transmission in Selected Agriculture Markets. FAO Commodity and
Trade Policy Research Working Paper No. 7. Roma : FAO Information Division.
Handoyo dan Kurniawan. 2013. “Lahan Terbatas, Produksi Teh Tahun Ini Stagnan”. Kontan
Online. Melalui<http://www.kontan.co.id> [20/03/13].
Heytens, PJ. 1986. Testing Marketing Integration. Food Research Institute Studies. Stanford
University.
Ravallion, M. 1986. Testing Marketing Integration. Journal of Agricultural Economics.
American Agricultural Economics.
Sub Bagian Perencanaan Program. 2013. Laporan Statistik Luas, Produksi, dan Produktivitas
Perkebunan. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
Wyeth, J. 1992. The Measurement of Market Integration and Application to Food Security
Policies, Discussion Paper 314. Institute of Development Studies, University of Sussex, Brighton.
Sumber penelitian Oleh : Dini Rochdiani

1 komentar:

  1. Saya Suryanto dari Indonesia di Kota Palu, saya mencurahkan waktu saya di sini karena janji yang saya berikan kepada LADY ESTHER PATRICK yang kebetulan adalah Tuhan yang mengirim pemberi pinjaman online dan saya berdoa kepada TUHAN untuk dapat melihat posisi saya hari ini.

    Beberapa bulan yang lalu saya melihat komentar yang diposting oleh seorang wanita bernama Nurul Yudianto dan bagaimana dia telah scammed meminta pinjaman online, menurut dia sebelum ALLAH mengarahkannya ke tangan Mrs. ESTHER PATRICK. (ESTHERPATRICK83@GMAIL.COM)

    Saya memutuskan untuk menghubungi NURUL YUDIANTO untuk memastikan apakah itu benar dan untuk membimbing saya tentang cara mendapatkan pinjaman dari LADY ESTHER PATRICK, dia mengatakan kepada saya untuk menghubungi Lady. Saya bersikeras bahwa dia harus memberi tahu saya proses dan kriteria yang dia katakan sangat mudah. dari Mrs. ESTHER, yang perlu saya lakukan adalah menghubunginya, mengisi formulir untuk mengirim pengembalian, mengirim saya scan kartu identitas saya, kemudian mendaftar dengan perusahaan setelah itu saya akan mendapatkan pinjaman saya. . Lalu saya bertanya kepadanya bagaimana Anda mendapatkan pinjaman Anda? Dia menjawab bahwa hanya itu yang dia lakukan, yang sangat mengejutkan.

     Saya menghubungi Mrs ESTHER PATRICK dan saya mengikuti instruksi dengan hati-hati untuk saya, saya memenuhi persyaratan mereka dan pinjaman saya disetujui dengan sukses tetapi sebelum pinjaman dipindahkan ke akun saya, saya diminta membuat janji untuk membagikan kabar baik tentang Mrs. ESTHER PATRICK dan itulah mengapa Anda melihat posting ini hari ini untuk kejutan terbesar saya, saya menerima peringatan Rp350.000.000. jadi saya menyarankan semua orang yang mencari sumber tepercaya untuk mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. ESTHER PATRICK melalui email: (estherpatrick83@gmail.com) untuk mendapatkan pinjaman yang dijamin, Anda juga dapat menghubungi saya di Email saya: (suryantosuryanto524@gmail.com)

    BalasHapus